Komisaris Trans Corporation, Dr. Ishadi SK, menyatakan siap membantu pengembangan TV Muhammadiyah. Di Jogyakarta, Ishadi bahkan telah ikut terlibat dalam mewujudkan berdirinya TV Muhammadiyah yang disiapkan untuk menyongsong Muktamar Satu Abad Muhammadiyah. “Jika di Malang siap, saya siap membantu mendirikan televisi Muhammadiyah di UMM ini,” tegas Ishadi di hadapan 666 wisudawan dan lebih 4.000 undangan yang hadir di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Untuk memastikan hal itu, Ishadi menyempatkan meninjau studio mini laboratorium Komunikasi UMM. Didampingi Ketua Badan Pelaksana Harian (BPH) UMM, Prof. A. Malik Fadjar, Ishadi mencermati studio tempat praktikum mahasiswa itu dari ruang ke ruang yang terletak di basement UMM Dome. “Ini sangat cukup untuk membuat stasiun televisi. Bisa dimulai dulu dari TV komunitas,” kata Ishadi.
Rektor UMM, Dr. Muhadjir Effendy, MAP menegaskan UMM akan tetap mengambil peran penting dalam perjalanan abad kedua Muhammadiyah. Dikatakannya, selama hampir setengah abad UMM menjadi bagian dari sejarah Muhammadiyah dan akan terus mengembangkan gerak dakwah melalui Kampus Putih itu. Salah satunya dengan mengembangkan jaringan televisi Muhammadiyah.
Ishadi hadir membawakan orasi ilmiah dengan judul “Strategi Komunikasi Sosial dan Budaya mendukung visi Indonesia 2030 – Jembatan Emas Bangsa Indonesia Menuju Kesejahteraan yang Berkeadilan”. Selama satu jam, doktor lulusan Universitas Indonesia, ini memaparkan ramalan beberapa ilmuwan bahwa pada tahun 2050 Indonesia bisa menjadi negara terbesar ke-5 di dunia. Prediksi itu didasarkan pada beberapa fakta tentang perkembangan ekonomi, kekayaan budaya dan geopolitik yang mengarah pada optimisme negara Nusantara ini. Indonesia dinilai sebagai negara yang memiliki sumberdaya alam terbesar dengan iklim paling baik sehingga mudah untuk mencapai kemakmuran. Tetapi sayang, menurut para ilmuwan itu, sumber daya manusia (SDM) negeri ini masih lemah.
Analisis tentang SDM itu ditolak Ishadi mentah-mentah. SDM Indonesia tidak bisa diremehkan begitu saja. Terbukti, dalam beberapa Olimpiade Sains, putra-putri Indonesia justru tampil menjadi pemenang, mengalahkan bangsa-bangsa dari negeri maju. Bahkan, banyak sarjana, para doktor dari Indonesia yang studi di negara maju justru menjadi terbaik dan direkrut oleh perusahaan-perusahaan bonafit.
Yang tak kalah pentingnya adalah tokoh kita, mantan presiden BJ Habibie adalah seorang jenius yang lulus dari Perguruan Tinggi Rheinisch – Westfalische Technice Hohscule, Achen, Jerman dengan nilai Summa Cumlaude dibidang ”teknologi pesawat terbang” – Habibie menjadi doktor pertama di dunia yang memperoleh Summa Cumlaude di bidang itu. Prof. Habibie selama bermukim di Jerman menjadi warga negara kehormatan negara itu dan menjadi salah satu Vice President Pabrik Pesawat Terbang MBB – Messerschmitt Bolkow Blohm. Dialah yang menemukan rumus keretakan pesawat terbang. Penemuan itu sangat membantu upaya mendisain pesawat penumpang raksasa yang dibuat di pabrik Boeing maupun Air Bus. Rumus nya dipakai untuk mendesain pesawat Jumbo Boeing 747 dan Boeing 777 serta Air Bus A380. Temuannya menyebabkan Habibie dikenal sebagai ”Mr. Crakers”. Habibie tahun 1976 merintis pendirian industri penerbangan IPTN (Industri Pesawat Terbang Nurtanio) di Bandung.
“Banyak orang muda Indonesia pintar yang didorong keperluan memperoleh fasilitas labaratorium dan lingkungan budaya peneliti yang advance terpaksa sementara bermukim di luar negri. Ketika IPTN berhenti mendisain dan memproduksi pesawat, ratusan pegawai ahli yang sebelumnya belajar di berbagai universitas ternama dunia hengkang ke berbagai negara dan menjadi tenaga inti di perusahaan yang ditempati,” beber Ishadi.
Ishadi juga membantah bahwa masyarakat timur Indonesia kurang pintar karena tidak dapat akses pendidikan. Terbukti banyak anak Papua yang kecerdasannya bisa mengalahkan anak-anak dari ibukota.
Berdasarkan fakta-fakta itu, Ishadi optimis Indonesia hanya perlu waktu sampai tahun 2030 untuk bisa jadi negara maju. Syaratnya, harus ada pemerintahan yang bersih dan efektif dan masyarakat yang sanggup mengontrolnya. Media yang bebas merupakan ujung tombak dari pemberatansan korupsi di Indonesia. ”Kasus KPK dan sekarang Bank Century menjadi contoh jernih betapa media di Indonesia berperan besar kalau tidak menentukan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi dan perilaku kehidupan dunia usaha yang berkaitan dengan korupsi dengan cara memberitakan secara luas dan transparan, menyiarkan berbagai pendapat dari berbagai kalangan politisi, akademisi, pengusaha dan para birokrat sendiri hampir setiap hari,” pungkas Ishadi.
Untuk memastikan hal itu, Ishadi menyempatkan meninjau studio mini laboratorium Komunikasi UMM. Didampingi Ketua Badan Pelaksana Harian (BPH) UMM, Prof. A. Malik Fadjar, Ishadi mencermati studio tempat praktikum mahasiswa itu dari ruang ke ruang yang terletak di basement UMM Dome. “Ini sangat cukup untuk membuat stasiun televisi. Bisa dimulai dulu dari TV komunitas,” kata Ishadi.
Rektor UMM, Dr. Muhadjir Effendy, MAP menegaskan UMM akan tetap mengambil peran penting dalam perjalanan abad kedua Muhammadiyah. Dikatakannya, selama hampir setengah abad UMM menjadi bagian dari sejarah Muhammadiyah dan akan terus mengembangkan gerak dakwah melalui Kampus Putih itu. Salah satunya dengan mengembangkan jaringan televisi Muhammadiyah.
Ishadi hadir membawakan orasi ilmiah dengan judul “Strategi Komunikasi Sosial dan Budaya mendukung visi Indonesia 2030 – Jembatan Emas Bangsa Indonesia Menuju Kesejahteraan yang Berkeadilan”. Selama satu jam, doktor lulusan Universitas Indonesia, ini memaparkan ramalan beberapa ilmuwan bahwa pada tahun 2050 Indonesia bisa menjadi negara terbesar ke-5 di dunia. Prediksi itu didasarkan pada beberapa fakta tentang perkembangan ekonomi, kekayaan budaya dan geopolitik yang mengarah pada optimisme negara Nusantara ini. Indonesia dinilai sebagai negara yang memiliki sumberdaya alam terbesar dengan iklim paling baik sehingga mudah untuk mencapai kemakmuran. Tetapi sayang, menurut para ilmuwan itu, sumber daya manusia (SDM) negeri ini masih lemah.
Analisis tentang SDM itu ditolak Ishadi mentah-mentah. SDM Indonesia tidak bisa diremehkan begitu saja. Terbukti, dalam beberapa Olimpiade Sains, putra-putri Indonesia justru tampil menjadi pemenang, mengalahkan bangsa-bangsa dari negeri maju. Bahkan, banyak sarjana, para doktor dari Indonesia yang studi di negara maju justru menjadi terbaik dan direkrut oleh perusahaan-perusahaan bonafit.
Yang tak kalah pentingnya adalah tokoh kita, mantan presiden BJ Habibie adalah seorang jenius yang lulus dari Perguruan Tinggi Rheinisch – Westfalische Technice Hohscule, Achen, Jerman dengan nilai Summa Cumlaude dibidang ”teknologi pesawat terbang” – Habibie menjadi doktor pertama di dunia yang memperoleh Summa Cumlaude di bidang itu. Prof. Habibie selama bermukim di Jerman menjadi warga negara kehormatan negara itu dan menjadi salah satu Vice President Pabrik Pesawat Terbang MBB – Messerschmitt Bolkow Blohm. Dialah yang menemukan rumus keretakan pesawat terbang. Penemuan itu sangat membantu upaya mendisain pesawat penumpang raksasa yang dibuat di pabrik Boeing maupun Air Bus. Rumus nya dipakai untuk mendesain pesawat Jumbo Boeing 747 dan Boeing 777 serta Air Bus A380. Temuannya menyebabkan Habibie dikenal sebagai ”Mr. Crakers”. Habibie tahun 1976 merintis pendirian industri penerbangan IPTN (Industri Pesawat Terbang Nurtanio) di Bandung.
“Banyak orang muda Indonesia pintar yang didorong keperluan memperoleh fasilitas labaratorium dan lingkungan budaya peneliti yang advance terpaksa sementara bermukim di luar negri. Ketika IPTN berhenti mendisain dan memproduksi pesawat, ratusan pegawai ahli yang sebelumnya belajar di berbagai universitas ternama dunia hengkang ke berbagai negara dan menjadi tenaga inti di perusahaan yang ditempati,” beber Ishadi.
Ishadi juga membantah bahwa masyarakat timur Indonesia kurang pintar karena tidak dapat akses pendidikan. Terbukti banyak anak Papua yang kecerdasannya bisa mengalahkan anak-anak dari ibukota.
Berdasarkan fakta-fakta itu, Ishadi optimis Indonesia hanya perlu waktu sampai tahun 2030 untuk bisa jadi negara maju. Syaratnya, harus ada pemerintahan yang bersih dan efektif dan masyarakat yang sanggup mengontrolnya. Media yang bebas merupakan ujung tombak dari pemberatansan korupsi di Indonesia. ”Kasus KPK dan sekarang Bank Century menjadi contoh jernih betapa media di Indonesia berperan besar kalau tidak menentukan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi dan perilaku kehidupan dunia usaha yang berkaitan dengan korupsi dengan cara memberitakan secara luas dan transparan, menyiarkan berbagai pendapat dari berbagai kalangan politisi, akademisi, pengusaha dan para birokrat sendiri hampir setiap hari,” pungkas Ishadi.
(Sumber: Kronik News Letter Edisi 1 Tahun IX Januari 2010/ UMM/ http://www.umm.ac.id)
0 comments:
Posting Komentar