Foto Diri sedang di pantai |
Dalam kolom pribadi ini saya ingin mengkritik fenomena yang terjadi diluar dan disekitar, adanya sebuah penyampaian dengan bahasa "kemarahan" khotbah khotbah keagamaan, ceramah ceramah, karya karya ilmiah rasanya kurang greget kalau tidak dibumbui dengan kata kata geram dan marah, seolah gelegak kemarahan, tusuk sana tusuk sini bukanlah khotbah, ceramah atau karya ilmiah sejati. sangat tidak termaktub dalam kamus saya bahwa penyampaian pesan tidaklah sepatutnya dengan bahasa geram dan kemarahan.
Penyampaian pesan dengan halus dan bermartabat seharusnya menjadi tren di era sekarang, mengutip sepenggal kata dari ebietgade.com yang mungkin ditulis pak ebiet sendiri "Kedalaman kebeningan kesabaran kewasisan menuntun pencaharian hakikatnya hidup bukan dengan ekspresi protes gusar keluh kesah menceracau mengumpat dan geram".
Sebagai seorang anak desa, memang sudah selayaknya mengagumi gemuruh ombak, kepak camar, rimbunan daun, semak belukar, pokok, padi dan hijau rerumputan, dan anehnya justru tak terperangah oleh hingar bingar, bau wangi, gemuruh pesta, kalau kahlil gibran mengatakan laksana roda yang berputar kearah kiri diantara roda roda yang berputar ke arah kanan. aku menyadari dengan sepenuhnya inilah diriku dan tak akan kurubah selamanya.
aku pernah menemukan sebuah moment yang tenang indah nan sejuk di dekat pelataran rumah di suatu senja hari tatkala semburat sinar jingga menerobos celah celah dedaunan, warna orange, harum aroma bunga belimbing dan mangga gradasi pewarnaan tanah yang pas dan klop dengan momen yang tenang dan damai. musik alam yang dimainkan sendu oleh perangkat kasat mata angin, membahana menghibur telinga sembari menyelami kebajikan masa lampau begitu mempesona, jiwaku terhibur.
Sebagai seorang anak desa, memang sudah selayaknya mengagumi gemuruh ombak, kepak camar, rimbunan daun, semak belukar, pokok, padi dan hijau rerumputan, dan anehnya justru tak terperangah oleh hingar bingar, bau wangi, gemuruh pesta, kalau kahlil gibran mengatakan laksana roda yang berputar kearah kiri diantara roda roda yang berputar ke arah kanan. aku menyadari dengan sepenuhnya inilah diriku dan tak akan kurubah selamanya.
aku pernah menemukan sebuah moment yang tenang indah nan sejuk di dekat pelataran rumah di suatu senja hari tatkala semburat sinar jingga menerobos celah celah dedaunan, warna orange, harum aroma bunga belimbing dan mangga gradasi pewarnaan tanah yang pas dan klop dengan momen yang tenang dan damai. musik alam yang dimainkan sendu oleh perangkat kasat mata angin, membahana menghibur telinga sembari menyelami kebajikan masa lampau begitu mempesona, jiwaku terhibur.
0 comments:
Posting Komentar