Perubahan pada dasarnya adalah sebuah proses yang dinamis, proses dalam gerakan untuk menuju sebuah kondisi yang lebih baik dari sebelumnya. Proses ini akan berjalan terus menerus sepanjang waktu, tanpa henti. Dari yang awalnya tidak ada lambat laun menjadi ada, yang awalnya kurang baik perlahan berproses menuju pada yang lebih baik, demikian berlangsung secara terus menerus. Jadi dapat dikatakan bahwa perubahan adalah gerakan yang dinamis untuk mencapai target atau tujuan tertentu.
Individu yang ingin berubah, tentunya harus bergerak, karena dengan bergerak akan terjadi suatu proses untuk menuju pencapaian target. Bagi pribadi yang dinamis, pergerakan menuju ke arah yang lebih baik akan menjadi suatu energi ekstra untuk mencapai hal – hal positif dalam kehidupannya.
Di tengah kepungan iklim feodalisme, kapitalisme, dan komunalisme yang tumbuh subur dan akar-akarnya mencengkeram kuat di semua sektor kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis, mutlak diperlukan suatu perubahan menuju kehidupan yang lebih berkeadilan sosial dan sejahtera lahir - batin. Mahasiswa sebagai generasi berpendidikan yang mampu mengawal dan mengontrol kehidupan berdemokrasi di Indonesia, seyogyanya menanamkan sikap idealisme yang didukung sikap optimis dan integritas dalam membangun republik ini, demi kemajuan dan kesejahteraan bagi generasi yang akan datang. Hal tersebut, tentunya harus dilakukan dengan cara-cara yang bermoral dan beretika yang dapat diterima oleh masyarakat luas, berlandaskan Undang Undang Dasar 1945 dan Pancasila serta di dukung gagasan intelektual yang tinggi.
Baik idealisme maupun pragmatisme memang timbul dari masing – masing individu. Namun ketika suatu kondisi dapat membenamkan seorang individu ke dalam jurang pragmatisme, maka individu tersebut dapat pula mendaki tebing idealisme, betapapun curam dan terjal tebing itu. Hal ini berarti bahwa setiap individu selalu memiliki pilihan untuk menjadi idealis atau pragmatis.
Soe Hok Gie dalam buku skripsinya yang berjudul “Di Bawah Lentera Merah” mengatakan bahwa “suatu gerakan hanya mungkin berhasil bila dasar-dasar dari gerakan tersebut mempunyai akar-akarnya di bumi tempat ia tumbuh. Ide yang jatuh dari langit tak akan tumbuh dengan suburnya, hanya ide yang berakar ke bumi yang mungkin tumbuh dengan baik”.
Berbicara tentang ide, tentu harus membicarakan juga latar belakang yang membentuk ide-ide tersebut. Sederet persoalan multikompleks yang menjangkiti Indonesia saat ini mulai dari korupsi, demoralisasi, lemahnya kepemimpinan, tidak adanya pengawasan terhadap kinerja lembaga negara, mafia peradilan, mafia hukum, dan berbagai kasus kejahatan suap lainnya, membuat republik ini berjalan pincang. Kenyataan pahit ini yang harus menjadi cambuk bagi kaum terdidik, khususnya mahasiswa, untuk menjalankan perannya sebagai aktor intelektual, peniup angin perubahan ke tengah - tengah kehidupan masyarakat. Pada kondisi ini, mahasiswa dengan segenap kemampuan serta keahliannya, sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki, dituntut aktif berperan serta, berpikir dan membuat langkah konkrit untuk menjawab permasalahan – permasalahan bangsa yang semakin hari semakin kompleks.
Mahasiswa adalah golongan masyarakat yang dipandang karena intelektualitasnya. Mereka mempelajari berbagai disiplin ilmu untuk mengatasi berbagai persoalan dan dinamisme global. Sebagai generasi muda, mahasiswa harus pandai membaca keadaan yang sedang berkembang di masyarakat dan selalu dituntut untuk melakukan perubahan – perubahan yang positif. Ditengah problematika dan krisis multikompleks yang terjadi di Indonesia, kaum mahasiswa sebagai golongan intelektual yang ingin membawa masyarakat keluar dari kepungan keterpurukan dan segenap permasalahanya, wajib hukumnya menanamkan sikap idealisme agar menjadi dasar pemikiran dalam pengambilan setiap keputusan yang tepat, terarah dan memihak pada kepentingan umum, demi terwujudnya perubahan positif berkelanjutan yang dapat dinikmati oleh semua pihak.
Setiap zaman punya cara yang berbeda - beda untuk membuat masyarakat belajar dari kesalahan, memahami bagaimana menempatkan idealisme sebagai pijakan dalam bertindak. Dalam suasana iklim demokrasi kontemporer di Indonesia, cara-cara yang layak ditempuh haruslah konstitusional, bermoral, beretika dan berestetika dengan mengedepankan intelektualitas. Melontarkan gejolak perubahan dengan cara cara konvensional, seperti membakar ban, mengerahkan massa untuk memblokade jalan, dan merusak fasilitas umum adalah kegiatan yang mengganggu ketertiban umum dan merugikan orang lain, hal itu sangat bertentangan dengan konstitusi negara yang sudah diatur dengan jelas, proporsional dan prosedural.
Menilik satu dekade ke belakang, semua sepakat mengatakan bahwa mahasiswa adalah ujung tombak "perubahan" yang membidani lahirnya reformasi. Namun mereka juga gagal membesarkan dan mengawal orde reformasi menjadi "orde anyar" yang mampu memberi rasa keadilan sosial, kesejahteraan, dan kebebasan yang bertanggung jawab bagi seluruh masyarakat. Karena desakan pragmatisme, gegap gempita visi misi politik reformasi justru melahirkan patron-patron baru yang lebih mengutamakan modal dan kekuasaan. Pada fase ini "perubahan" hanya sekedar kata-kata bising bila tidak diimplementasikan dan dilandasi dengan pemikiran idealisme yang rasionalis menggunakan akal sehat dan pikiran jernih. Bukti bahwa idealis - rasionalis harus ditanamkan dalam cara berpikir setiap intelektual muda, terlihat seperti yang terjadi sekarang, mereka yang satu dekade lalu menentang Orde Baru, setelah mendapat kedudukan dan reputasi di panggung politik serta merta mengelupasi kulit-kulit idealisme, desakan pragmatisme perlahan mengubah haluan berpikir yang sepenuhnya ditujukkan hanya untuk kepentingan individual.
Disudutkan oleh berbagai persoalan serta keterpurukan, tidak harus terbawa arus lantas mengambang dalam sikap pragmatisme. Generasi yang kini tengah bertarung dengan pesimisme membutuhkan inspirasi yang nyata serta sugestif demi tercapainya perubahan. Mahasiswa sebagai aktor intelektual punya peran yang tepat untuk terjun di tengah-tengah generasi ini untuk menyuplai ketersediaan ide-ide segar dan kepercayaan diri yang bertumpu pada kemampuan akal sehat.
Berpikir visioner dan mempelajari peta masa depan, serta membandingkan realita yang terjadi di masa sekarang, sedikit demi sedikit secara berkala dan terus menerus, optimisme akan mempertegas jaminan masa depan bahwa generasi saat ini akan mampu bangkit merumuskan ide-ide untuk masa depan dengan sendirinya. Hal ini nantinya diharapkan akan mampu menegaskan Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berkarakter, berkonstitusi, bermoral, beretika dan berestetika yang mengedepankan intelektualitas.
Tulisan ini dibuat untuk Kompetisi Blog ECC UGM | http://www.ecc.ft.ugm.ac.id