Duhai! kita adalah tawanan
dalam belenggu hawa nafsu liar,
Menderita tersiksa,
belenggu-belenggu di pergelangan kaki kita!
Duhai! Kita adalah orang-orang merana
Di Sahara cinta,
Sangat mahir dalam bidang
Kerusuhan dan revolusi,
Kadang-kadang kita adalah guntur bergemuruh,
Kadang-kadang kita adalah ledakan petir,
Kadang-kadang kita adalah awan,
Kadang-kadang kita adalah lautan,
Kadang-kadang kita seperti tanah,
hina dan rendah
Kadang-kadang kita seperti langit,
tinggi dan transenden.
Duhai! ampunilah hati rentan, lemah
tak pernah sempurna ini,
Ibaratkan pokok pinus terduduk diam sendiri,
kadang-kadang pokoknya yang kokoh
terguncang badai dari utara,
Lihatlah apa yang telah dilakukan cinta
terhadapku, terhadapmu,
sementara didalam dada
menetes berjuta-juta tangis,
dari sumber yang tak pernah kering.
(Sepotong Kertas Usang-11.56)
dalam belenggu hawa nafsu liar,
Menderita tersiksa,
belenggu-belenggu di pergelangan kaki kita!
Duhai! Kita adalah orang-orang merana
Di Sahara cinta,
Sangat mahir dalam bidang
Kerusuhan dan revolusi,
Kadang-kadang kita adalah guntur bergemuruh,
Kadang-kadang kita adalah ledakan petir,
Kadang-kadang kita adalah awan,
Kadang-kadang kita adalah lautan,
Kadang-kadang kita seperti tanah,
hina dan rendah
Kadang-kadang kita seperti langit,
tinggi dan transenden.
Duhai! ampunilah hati rentan, lemah
tak pernah sempurna ini,
Ibaratkan pokok pinus terduduk diam sendiri,
kadang-kadang pokoknya yang kokoh
terguncang badai dari utara,
Lihatlah apa yang telah dilakukan cinta
terhadapku, terhadapmu,
sementara didalam dada
menetes berjuta-juta tangis,
dari sumber yang tak pernah kering.
(Sepotong Kertas Usang-11.56)
0 comments:
Posting Komentar