Ini bukan tentang sepasang kaki, akan tetapi ada sepasang kaki yang menghendaki semua sungai disusuri, semua bukit didaki, semua padang belantara ditembus, untuk menemukan sebutir cinta yang hilang ditelan dusta kemarau panjang. Sepasang kaki itu sekarang terantuk dahan yang melintang didepannya, di antara ribuan pokok pinus ditengah belantara yang pekat rimbun nan anggun, terduduk riang sendiri dengan letih merasakan desiran angin yang basa basi menyapa kemudian terbang entah kemana dengan berarah tak pasti.
Benarkah telah kering kasih sayang dijantung sepasang kaki? ranting-ranting patah seolah batu karang terjal yang tak menghendaki gelombang dilaut menyanyikan dendang dentuman syair indahnya yang menikam kalbu. sepasang kaki bangunlah, hiruplah kesegaran dan bernyanyilah bersama daun daun dan bercandalah dengan embun, meskipun burung-burung enggan terbang untuk berkicau, wahai sepasang kaki janganlah pernah pupus oleh gelisah. dan tengoklah wahai sepasang kaki, disini cuaca telah berubah, kodok disawah tak lagi bernyanyi seperti riuh rendah hujan januari, lembu-lembu tak lagi kenyang mengunyah rumput segar di padang rerumputan, belalang tak lagi terbang, karena semua gersang terlindas kemarau panjang. wahai angin kemarau bawalah sepasang kaki itu belajar berkaca pada sikapmu.
Sepasang kaki langkahkanlah kakimu tegar tegap diantara bongkahan gersang tanah dikala kemarau, meskipun dirimu terkepung didalam rindu di dalam sepi, wahai sepasang kaki yang gelisah musim-musim segera berganti tenangkanlah jiwa hingga rumput hijau terhampar oleh siraman hujan layaknya musim itu, ranting-ranting patah akan tumbuh berganti dan pupus hijau menyeruak diantaranya.
0 comments:
Posting Komentar