Salam Demokrasi,
Sekarang ini, di tengah-tengah Angkatan Muda yang menggelora, sungguh saya merasa berbahagia. Inilah peristiwa terpenting dalam hidup saya, yang saya dambakan sejak muda: menyaksikan sendiri lahirnya Angkatan Muda sendiri yang tidak dibebani bombasme, rasional, korektif, kritis, dan yang semua itu dirangkum oleh ketegasan. Adanya sejumlah anggota PRD yang entah dimana rimbanya karena diculik, juga yang ketahuan rimbanya, di penjara, sebagi kurban permainan pengadilan model sekarang. Sekarang berada di tengah-tengah PRD yang beberapa diantaranya telah lolos dari penculikan. Malah saya sendiri adalah korban pertama penculikan 1959, hanya tidak pernah menjadi berita.
Saya menilai Angkatan Muda, maksud saya PRD, mempunyai kwalitas dengan nilai lebih dibandingkan dengan generasi- generasi sebelumnya. Langsung saja: sejak kanak-kanak oleh OrBa kalian dididik dengan kebohongan-kebohongan politis yang memalaikatkan OrBa dan mengibliskan semua lapisan masyarakat yang tidak membenarkannya. Dari sekolah dasar sampai universitas. Dan kalian telah mencampakkan kebohongan OrBa tersebut.
Kalian kiri, artinya kalian berpihak kepada rakyat, lapisan bawah masyarakat. Tepat, karena sepanjang sejarah rakyat hanya makanan gurih bagi elit, kecuali semasa OrLa, karena dalam kurun ini adalah kekuatan politik yang mendampingi mereka. Tumbangnya OrLa berarti mereka dan tanah air menjadi jarahan kapitalisme multinasional bekerja sama dengan elit nasional sebagai herdernya.
Mari kita bandingkan dengan Angkatan Muda tahun belasan. Mereka, para mahasiswa yang mendapat beasiswa dari pemerintah kolonial, bersama dengan para eksterniran Indische Partij, di negeri Belanda sana telah menemukan tanah air dan nasionnya dan mereka namai Indonesia. Suatu penemuan gilang-gemilang dan agung. Sayang, cacatnya seimbang dengan keagungannya. Cacat itu adalah ketiadaan konsep politik dan anti histori. Soalnya mana Indonesia berarti kepulauan India. Nama itu sendiri temuan sarjana Inggris, dipopulerkan oleh ethnolog Jerman Adolf Bastian (1826-1905).
Nama India untuk Indonesia sekarang ini berasal dari perburuan rempah-rempah Maluku mulai akhir Abad 15 oleh bangsa- banga Barat yang menyebabkan seluruh dunia non Barat dijajah oleh Barat sedang rempah-rempah yang diperebutkan berasal dari Indonesia sekarang ini, tetapi dengan "trade mark" India. Dalam kekuasaan Portugal Indonesia dinamai India Portugal. Dalam kekuasaan Belanda Indonesia dinamai India Belanda. Dan untuk mengakali agar pribumi tidak mengasosiasikan dengan India, nama ini ditulis: Hindia. Politik permainan kata. Ada dugaan
mengapa Angkatan Belasan memilih nama ethnologi ini: menghindari dominasi Jawa. Sejarah telah melahirkan 2 nama untuk Indonesia sekarang, yakni Nusantara semasa kekuasaan Majapahit, yang artinya: kepulauan Antara (dua benua), dan yang lebih tua lagi Dipantara semasa kerajaan Singasari, yang berarti: Benteng Antara ( dua benua). Nama yang belakangan ini sarat makna politik karena Raja Singasari, Kertanegara, semasa pemerintahannya membuat persekutuan-persekutuan militer dengan kerajaan pantai Asia Tenggara untuk menghadang ekspansi Kublai Khan dari Utara. Dan sampai sekarang belum ada suara, suara saja, yang menghendaki dilakukan pengkoreksian.
Dibandingkan dengan angkatan 20-an dengan Sumpah Pemudanya yang juga gemilang PRD lebih banyak mempunyai konsep pemikiran yang lebih jauh. Tentu, karena sampai dengan tahun 20-an jumlah penduduk yang bisa baca tulis belum lagi 3?. Meningkatnya jumlah non-buta huruf baru mulai pada masa kemerdekaan Nasional. Berdasarkan statistik ini kita bisa memaklumi kekurangan Angkatan Muda masa lalu.
Angkatan 45 juga gemilang. Tanpa sesuatu pamrih, tanpa bercadang, siap mengorbankan jiwa dan raga mereka mempertahankan kemerdekaan Nasional di setiap jengkal tanah air. Karena masalahnya menghadapi serangan bersenjata pihak penjajah pokok kegiatannya adalah bedil membedil. Belum sampai pada konsep-konsep sosial politik dan ekonomi, seperti yang kalian sudah mulai kembangkan, yakni demokrasi rakyat, demokrasi kerakyatan. Dan jangan sampai kalian lupakan, walau begitu mulia revolusi 45 yang berhasil mempertahankan dan merebut kemerdekaan nasional, yang mengawalinya adalah para preman Pasar Senen, Jakarta.
Angkatan 66? Wow! Tak ada sesuatu yang masih perlu dinilai. Kemudian lahir angkatan Malari yang menghendaki reformasi dengan pekikan "militer kembali ke barak", sejajar dengan keinginan reformatoris dari Jendral Sumitro, dan dua- duanya dilumpuhkan oleh Orde Baru. Melalui sejumlah muslihat yang makin lama makin klasik dalam sejarah kita.
Itu sebabnya saya bangga berada di tengah-tengah kalian, yang sudah menyiapkan konsepkonsep, sudah berpraktik di lapangan dan dengan senyum dewasa menerima konsekwensinya yang paling pahit pun. Tak ada pekikan yang lebih mantap untuk itu selain: HIDUP PRD! Saya percaya kalian akan lebih mantap untuk itu dan lebih berhasil dari angkatan-angkatan sebelumnya. Saya percaya kalian tidak akan melecehkan harga manusia Indonesia dengan jalan pembantaian, perampasan hak-hak azasinya. Karena sebagaimana diajarkan oleh Multatuli: Kewajiban manusia adalah menjadi manusia. Saya percaya kalian besok atau lusa tidak akan mengatasnamakan negara untuk kepentingan diri, kelompok atau kekuasaan. Pengatasnamaan negara bisa syah hanya bila ada demokrasi. Selama ini orang dibuat pikun tentang arti negara yang terdiri dari 3 unsur: penduduk atau warganegara, tanah air atau wilayah hidup, dan pemerintah. Pengatasnamaan negara wajib merangkum 3 unsur tersebut. Melecehkan salah satu unsur adalah korup. Dan korup dalam pikiran dengan sendirinya membias dalam perbuatan.
Semua ini saya sampaikan bukan dengan maksud memuji- muji kalian yang belum banyak punya kesempatan untuk berhasil, hanya berusaha menempatkan kalian dalam perbandinganperbandingan tersebut. Kalian mempunyai syarat- syarat cukup untuk lebih berhasil mengangkat tanah air dan nasion ke tingkat yang dicita-citakan.
Dalam sejarah modern kita selamanya Angkatan Muda menjadi motor perubahan ke arah yang lebih maju, kecuali Angkatan 66. Walaupun, ya, walaupun dengan kekurangan atau kekeliruannya. Dan kekurangan yang sangat mencolok: kurang atau tidak adanya keberanian mengkoreksi. Bisa saja dibuat daftar kekurangan atau kekeliruan angkatan-angkatan terdahulu yang kalian perlu mengkoreksi. Keberanian! Sekali lagi keberanian! Terutama untuk Angkatan Muda keberanian adalah modal pertama. Tanpa keberanian, seperti sering saya sampaikan, kalian akan diperlakukan sebagai ternak belaka: dibohongi, digiring ke sana kemari atau bisa saja digiring ke pembantaian. Keberanian saja yang bisa membuat pribadi menjadi kokoh.
Sebelum mengakhiri saya pribadi berseru kepada para peserta jumpa muka sekarang ini, di dalam dan di luar ruangan ini di mana saja, untuk rela bersumbang dana pada PRD guna pembiayaan rutin maupun yang tidak rutin.
Sekali lagi: Hidup PRD!
Pidato Pramoedya Ananta Toer
Dalam Pelantikan Sebagai Anggota PRD
Jakarta, 21 Maret 1999
Terimakasih Kepada Arya T Anggara atas kumpulan tulisan Pramoedya Ananta Toer-nya.
Home »
Tulisan Tokoh »
Angkatan Muda Sekarang, Pidato Pramoedya Ananta Toer Ketika Pelantikan Sebagai Anggota PRD
0 comments:
Posting Komentar